Bolehkah aku berhenti memperjuangkanmu?
Tidak ada yang menyenangkan berjalan dalam bayang-bayang, namun
bayang-bayangmu memberiku banyak arti, dan selalu berhasil membuatku
memutuskan untuk berjalan lagi. Aku begitu tahu, mencintaimu adalah
sebuah kesalahan, tetapi berkali-kali kamu meyakinkan, bahwa bukan aku
penyebab dari segala kehancuran. Lalu, kamu memintaku kembali dalam
hidupmu, dengan label sahabat. Haruskah aku bilang, bahwa semua sikapmu
membuat aku sedikit muak? Kita pernah di tahap lebih dari sahabat, lalu
kaumemintaku meneruskan hubungan denganmu sebagai sahabat biasa.
Aku menggelengkan kepala dan sibuk menahan air mata. Karena semua yang
kulihat selalu membuatku ingat. Kamu membekas dalam otakku dan aku juga
makin tak mengerti cara untuk mengusirmu dari hatiku. Kulewati
jalan-jalan panjang yang kita lewati berdua. Dan, yang muncul di
kepalaku, hanyalah wajahmu yang tersenyum, yang aku lihat di spion
sepeda motormu. Betapa kebahagiaam bagiku begitu sederhana, memelukmu
erat di atas sepeda motormu, dan mendengarmu bercerita tentang apapun.
Kamu ingat? Kamu bercerita mengenai apartemen yang akan dibangun di
sekitar rumahmu, masterplan yang kautolak karena daerah itu tidak bagus
untuk dijadikan apartemen. Aku melihatmu dari kaca spion, memelukmu erat
seakan tak ada lagi hari esok, dan kamu terus merancau dengan nada
sebal. Aku jatuh cinta pada caramu mengungkapkan pendapatmu, aku jatuh
cinta pada caramu menatapku dengan tatapan tidak biasa, dan aku jatuh
cinta setiap kali kamu tersenyum ke arahku-- sementara aku tidak mampu
menyembunyikan betapa rasa cinta di dadaku kian hari kian membesar.
Perasaan ini semakin sulit untuk dipertanggungjawabkan, terutama ketika
kamu sering menghilang karena berbagai alasan. Dan, aku hanya mampu
menunggu dengan sabar, menatap ponsel dengan penuh harap, berharap kamu
menghubungiku untuk mengajakku bertemu. Tapi, kamu tidak pernah ada,
kamu tidak pernah hadir dalam hari-hari saat aku membutuhkanmu. Aku
mengerti, tidak bisa aku menuntutmu segalanya, karena perempuan yang
kausembunyikan ini tidak berhak untuk mengatur dan meminta apapun
darimu. Namun, salahkah jika aku ingin, suatu hari nanti, aku punya hak,
punya otoritas, untuk terus bersamamu? Mungkin ini gila, tapi tidak
bertemu denganmu, kemudian hanya bisa memendam rindu yang membesar bisa
juga membuatku merasa gila.
Sungguh, aku tidak memintamu lebih dari waktu yang bisa kamu berikan
untukku. Karena aku juga paham, waktumu sudah cukup tersita dengan
pekerjaan juga dengan gadis pilihanmu. Sebagai yang bukan pilihan, aku
hanya mampu menatapmu dengan sabar, hingga waktu yang tepat datang, agar
aku bisa memelukmu walau sesaat. Semua waktu kita, walaupun singkat,
adalah waktu yang sangat berharga bagiku. Kamu tidak tahu luka yang ada
saat aku memelukmu dengan erat, pelukan yang mungkin terasa begitu
berlebihan. Kamu tidak tahu, rasa sakit hati yang ada, saat kita
berpelukan namun kamu sibuk bercerita tentang kekasihmu. Kamu tidak
tahu, saat pertama kali kamu bilang sudah punya kekasih, dan saat itu
juga aku menangis sejadi-jadinya dalam pelukmu, bisakah kamu tebak apa
yang ada dalam benakku? Aku merasa kamu adalah the one, sementara kamu hanya menganggapku selingkuhan.
Saat aku menangis, kamu berusaha menenangkanku, dan ada kebingungan yang
nampak jelas di wajahmu. Kamu memintaku untuk berhenti menangis, namun
air mataku sulit diajak kompromi. Air mataku jauh lebih memahami apa
yang terjadi di dalam hatiku, sementara kamu tidak pernah paham apa yang
sebenarkan aku rasakan. Pelukmu, kala itu, lebih menyakitkan daripada
perpisahan apapun. Yang paling menyakitkan bagiku adalah saat kamu
mengaku sangat mencintaiku, tetapi kamu tidak mungkin meninggalkan
kekasihmu. Jika memang kamu sudah berdua, mengapa kamu memelukku,
mengecupku, menahanku pergi seakan hanya akulah satu-satunya yang kamu
miliki?
Luka itu semakin meluas, saat aku berusaha melupakanmu, namun kamu pada
akhirnya selalu punya tempat di hatiku. Kamu selalu ada di tempat yang
secara sukarela aku sediakan, dan aku berikan hatiku yang utuh untuk
kamu patahkan berkali-kali. Semakin aku jatuh cinta padamu, semakin aku
menyadari bahwa kamu tidak akan mungkin aku miliki. Bahkan, aku tidak
tahu, status kita ini bisa dinamakan apa. Kamu punya kekasih, tetapi
kamu sangat mencintaiku dan tidak ingin meninggalkanku, lebih anehnya
lagi-- kamu tidak ingin aku pergi dari hidupmu.
Bisakah kaumembayangkan rasanya jadi aku? Yang harus terus mengalah,
yang harus terus menyembunyikan air mata, yang harus bersedia disakiti
berkali-kali, yang harus menutup mulutnya agar tidak mengeluh, yang
kelak akan dibenci temanmu, dan segala rasa sakit yang aku rasakan--
hanya demi memperjuangkan dan mempertahankanmu? Terlalu banyak
ketidakadilan yang kurasakan. Terlalu banyak kesesakan dan rasa bersalah
yang menghantuiku. Aku sangat mencintaimu, sungguh, dan mengetahui
tubuhmu tidak hanya dipeluk olehku adalah patah hati terbesar yang sulit
dijelaskan kata-kata.
Kaumemintaku untuk menyembunyikan segalanya. Kamu ingin aku tidak
terlihat seperti jatuh cinta padamu. Kamu mengaturku sesuai yang kamu
mau. Hanya karena kamu tahu aku sangat mencintaimu, lalu kamu
menginjak-injak perasaanku seakan mengerti bahwa aku tidak mampu
melawan. Ingin rasanya aku menatapmu, dengan sisa-sisa air mata yang
masih aku miliki, memberitahu seberapa dalam luka yang aku rasakan, agar
kamu mulai berhenti menyakitiku.
Sayang, kamu tentu tidak akan mengerti seberapa dalam luka hati yang aku
rasakan. Setiap pelukanmu, setiap kecupmu, setiap kata dari bibirmu,
setiap ucapan cinta darimu, selalu berhasil membuatku memaafkanmu.
Kamulah iblis yang terlihat malaikat di mataku. Kamulah penjahat yang
aku bela mati-matian. Kamulah tersangka yang rela aku sembunyikan.
Hingga pada akhirnya mungkin kekasihmu akan tahu dan menuduhku
pecundang. Padahal, kamu tahu betul, siapa yang paling hiperaktif dalam
perkenalan kita. Bukan aku. Bukan kamu. Tapi, takdir yang menggariskan
kita untuk bertemu dan saling memandang. Apakah cinta tetap benar, jika
dia datang di waktu yang tidak tepat?
Koko, kamu tahu seberapa besar perasaan yang aku miliki, kamu juga tahu
siapa yang paling mencintaimu di sini. Lalu, jika kautahu cintaku lebih
besar daripada cinta kekasihmu padamu, mengapa tetap harus aku yang
mengalah? Jika kaumengerti perjuanganku untuk mempertahankanmu jauh
lebih besar daripada perjuangan kekasihmu mempertahanmu, mengapa harus
aku lagi yang kausembunyikan dari sorotan mata dunia?
Yang membuat aku sedih bukan karena aku tidak memelukmu berhari-hari,
namun yang membuatku sedih adalah mengapa aku tidak pernah diberi
kesempatan untuk memperjuangkanmu lebih jauh lagi? Yang membuatku
terluka bukan karena kamu lebih dulu punya kekasih, namun yang membuatku
semakin terluka adalah kamu tidak pernah mengaku pada siapapun bahwa
aku hadir dalam hidupmu. Aku tidak pernah bersedih terlalu banyak jika
kita tak bertemu. Aku juga tidak marah jika harus kehilangan kamu terus.
Namun, sadarkah kamu, ada perempuan yang selalu mengalah di sini, hanya
untuk si tolol yang begitu dia cintai?
Beri aku kesempatan untuk berpindah, jika kamu tidak megharapkan aku
dalam hidupmu. Jangan meminta aku tetap tinggal, jika pada akhirnya
justru kamu yang meninggalkanku.
Untuk kamu yang menawarkan,
segala macam bualan,
yang kupikir cinta.
******